Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Download
Postingan

Resepsi di Rumah atau Digedung....


Ketika sudah waktunya bagi anda untuk menikah, maka ada banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan.
Dimulai dari pemilihan calon pasangan sehidup semati (pastinya dong! masa nikah cuma sendirian? hehhe…), pengenalan calon dan keluarga calon, penentuan konsep pernikahan dan resepsi, sampai tentu saja kebutuhan dana menikah dan acara resepsinya.

Setelah pertemuan beberapa kali dengan calon pasangan, maka ditentukanlah tanggal, waktu dan tempat acara dilangsungkan. Dulu sekali, orang menikah tak perlu ambil pusing masalah tempat. Hias rumah, siapkan makanan dan minuman, pasang pelaminan. Beres! Pasalnya, rumah orang jaman dahulu itu gak pernah alpa punya pekarangan. Alias masih banyak lahan luas yang bisa menampung cukup banyak tamu undangan.

Sekarang, apalagi di kota-kota besar, sulit sekali mencari lahan seluas 100 meter saja. Perumahan sudah mulai menggusur lahan luas. Komplek perumahan rakyat hanya memberikan jalan selebar dua sampai tiga meter. Hingga ketika mereka harus mengadakan suatu acara dengan undangan tamu yang cukup banyak, semisal resepsi pernikahan, tenda-tenda mereka bisa sampai ke rumah tetangga yang ada di depannya. Bahkan terkadang rumah kiri kanan mereka pun kebagian tugas sebagai tempat masak pula. Akses jalan pun terpaksa ditutup untuk sementara.

Karena hal itulah, kemungkinan besar banyak masyarakat yang kini memilih gedung-gedung pertemuan atau resepsi untuk melangsungkan acara resepsi pernikahan mereka. Baru-baru ini, saya menghadiri dua undangan pernikahan yang dilaksanakan di gedung.
Undangan pertama dari seorang rekan kerja. Datang ke lokasi, tampak ruangan sudah cukup padat dengan meja prasmanan dan sajian makanan lainnya. Belum lagi ada banyak hiasan atau dekorasi penambah cantik ruang resepsi. Saya sempat berpikir “Bagaimana kalau sudah banyak tamu yang datang ya? Bakalan sepadat apakah ruangan ini?”
Dan kekhawatiran saya terbukti. Pada saat pengantin sudah diarak menuju pelaminan, tamu sudah mulai memenuhi ruangan kecil itu. Hampir sekitar 500 undangan yang hadir. Dan tak terbayangkan bagaimana padatnya ruangan dengan kepala-kepala manusia yang berlalu lalang mencicipi hidangan. Antri di setiap sajian tentu menjadi pemandangan yang tampak di setiap resepsi di gedung seperti ini.  Keringat bercucuran, dan banyak akhirnya tamu yang bersegera pamit karena tak tahan dengan konsep standing party dan panasnya udara di dalam ruangan. Untungnya, makanan dan minuman yang disajikan cukup berlimpah sehingga tamu undangan bisa menikmati sajian sesukanya.

Sementara itu, undangan kedua datang dari salah seorang alumni. Ruangannya jauh lebih luas daripada undangan sebelumnya. Sayangnya, undangannya ternyata 2 atau bahkan 3 kali lipat lebih banyak, sehingga walaupun ruangan lebih besar, kepadatannya melebihi undangan pertama. Yang sangat disayangkan lagi adalah minimnya sajian yang dihidangkan. Dalam sekejap saja, sajian tambahan semisal soup, sate ayam, bubur, salad, minuman, langsung bablas tak bersisa.

Untuk bisa mencicipi salah satu hidangan itu perlu antri dan dorong-dorongan. Saya sempat bingung, mau makan apa. Saya pilih soup yang tidak terlalu berat, sayangnya sesampainya di tempat, soupnya sudah habis, Namun, melihat tamu yang lain masih antri, saya pun ikut menunggu. Tidak lama datanglah seorang tamu membawa semangkuk sup dari arah luar gedung, kami pun berduyun-duyun ke belakang dan mengambil sendiri soup yang  baru saja keluar dari oven itu. Soalnya, mangkuknya panas banget! Perjuangan!
Memutuskan untuk makan nasi, saya pun antri lagi. Dan sampai di meja, piringnya habis. Kami pun yang sudah berbaris diam di tempat sambil menunggu piring datang. Akhirnya piring pun tiba, tetapi kini nasinya yang habis! Wow! Sebenarnya, saya beberapa kali datang ke resepsi pernikahan di gedung, tetapi memang kondisinya tidak sampai seperti itu. Artinya, walaupun ruangannya tidak luas, minimal para tamu undangan tidak harus kehabisan hidangan.

Nah, kalau saya bandingkan dengan resepsi di rumah sendiri, tentu jauh berbeda. Saya pun belum lama ini menghadiri 2 undangan yang berlokasi di rumah. Waktu yang disediakan untuk bertamu cukup panjang, berkisar antara 6 hingga 8 jam. Jadi kita bisa datang siang, sore atau malam. Waktunya cukup leluasa dibandingkan dengan gedung yang hanya bisa berlangsung 2 hingga 3 jam saja. Umumnya kita disediakan kursi untuk duduk sehingga menghindari makan sambil berdiri. Dan makanan pun cukup bisa bertahan hingga sore hari. Biaya akan sedikit lebih ringan karena mengurangi biaya menyewa gedung. Walaupun habisnya sama, minimal dananya akan bisa lebih banyak untuk jamuan makan dan minumnya.

Tentu setiap pilihan ada kelebihan dan kekurangannya. Semua tergantung dari pertimbangan dan kenyamanan pemilik acara. Tapi kita harus benar-benar bisa memaksimalkan perhitungan kita sehingga tidak ada kejadian yang mungkin sedikit mengganggu berlangsungnya acara resepsi.
Anyway, Happy Wedding, newly-wedded couples! :)

Source : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/13/resepsi-di-gedung-atau-di-rumah-542533.html